Selasa, 16 September 2008

Tragedi 15 September 2008

Tragedi kemanusiaan terjadi di medio Ramadhan tahun ini. Di belahan timur bumi Jawa. Tepatnya di kota Pasuruan Jawa Timur. 21 warga (semuanya adalah wanita) meninggal dunia dalam “jihad” menerima uang zakat dari pengusaha burung wallet. Ribuan warga mengantre dalam keadaan berdesak-desakan untuk mendapatkan uang sebesar Rp 30.000. 16 warga lainnya terluka. Mereka mengantre sejak pukul 06.00.

Kenyataan yang membuat hati kita kan teriris, sedih. Di tengah hikmatnya Ramadhan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Tentunya, kita tak bisa “menyalahkan” warga. Mereka sedang berjuang untuk mendapatkan uang guna menyambung hak hidupnya. Mereka rela datang di pagi hari, dari tempat yang tidak dekat, kemudian berdesak-desakan dalam kerumunan ribuan warga lainnya. Mereka sangat mengharapkan mendapatkan uang zakat tersebut. Cukup besar memang buat mereka. Di tengah himpitan kebutuhan ekonomi yang kian membengkak. Kalau kita lihat videonya, sungguh membuat hati kita kian trenyuh.

Pihak yang berwenang mengidentifikasi, bahwa penyebab insiden ini adalah warga kekurangan oksigen dan terinjak-injak oleh warga lainnya. Kemungkinan juga “kepanitiaan” tidak terlalu siap untuk mengantisipasi ribuan warga yang berdatangan. Pertolongan pertama pun, dianggap datang terlambat. Warga telah banyak yang jatuh, terinjak-injak, dan pingsan. Dan akhirnya, 21 warga meninggal dan 16 lainnya terluka. Dari korban meninggal, terdapat luka memar.

Kejadian di atas, seyogyanya tidak terjadi. Jikalau panitia dan segenap pihak yang terkait dapat dengan sigap mengkoordinir kegiatan. Toh kegiatan ini telah dilakukan sejak tahuan 1975an. Panitia sedianya dapat berkoordinasi dengan aparat terkait, karena akan melibatkan ribuan warga. Atau paling tidak, membuat skema pembagian uang zakat lebih sistematis.

Ya, mungkin panitia sudah melakukannya. Semua yang menentukan adalah Yang Di Atas. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kejadian yang sungguh memilukan ini. Semoga, tidak terjadi lagi. Di manapun dan kapanpun.

Tidak ada komentar: