Kamis, 15 September 2011

Maafkan Aku

Yahanda, maafkan aku
Ku tak mampu jalani amanah yg tlah kau beri.
Ku tak mampu
Tubuh ini terlalu kecil
tuk pikul tanggung jawab besar itu.
Yahanda, maafkan aku.

Letakkan!

Diri ini kian rapuh
Tak sekokoh yg engkau harap
Dengan keizinanmu, yahanda
Ku letakkan sgalanya
Biarlah ku seperti ini
Seonggok sampah tak bermakna...

Buanglah

Ah, betapa sayangnya kau kepadaku, yahanda...
Air mataku luluh tiada terbendung
'Buanglah sgala rasa tanpa asa. Tatap tegak ke hadapan!'
Nasihatmu kuatkanku...

Kokoh!

'Kokoh anakku! Kau adlah harapanku.'
Ya Robb, ku sangat ingin wujudkan kebhagian tuk yahanda tercinta..
Ku sangsi...
Dgn apa yg kupunya kini, aku tak sanggup!

Sangguplah!

Ku ingin trus dlm dekapanmu, yahanda...
Rasakan kehangatan tak terkata
Hingga sangguplah ku pegang cita yg tlah hilang
Kembangkan senyumku kembali...

Terbanglah!

'Terbanglah tinggi lagi,
Rengkuhlah mimpimu.'
Yahanda, maafkan aku.
Kan kucoba terus.
Kan berkembanglah kerekahan yg indah dlm wajahmu.
Suatu saat nanti.

'Berkembang dan merekahlah...
Laksana bunga yg dterpa hujan malam tadi di depan rumah'
Iya, ayahanda!
Tiap kata yg kau ucap
Bangkitkan semangatku...

Terbanglah!

Ku tak mampu lg berujar
Ku tlah saksikan keyakinanmu, yahanda
Tatapanmu terhadapku
Pertanda tlah terbanglah tekadku yg smoga kokoh nan membaja.

Rabu, 14 September 2011

Hujan


Angin, sapaanmu malam ini sungguh berbeda,
menghantarkan air hujan yang tlah kami nanti
temani aku tatkala menjadi saksi imbangnya Barca atas Milan
dinihari tadi...

Hujan, kerinduanmu kepada kami
kau ungkap dengan penuh emosional
hingga berganti hari, kau trus bercerita; tentang kerinduanmu
basahi alam yang telah kering mengharap belaianmu

Ku nikmati sejuknya butiranmu menetes
saat ku susuri jalan menuju kampus tercinta
sebagai bukti; ku merindukanmu jua
telah lama kita tak bertutur sapa

ya Allah, terima kasih atas anugerahMu
ku saksikan kembali keriangan pepohonan yang kian mengering
ku dengar tasbih rumput ilalang
memuji keagungan dan kebesaranMu