Jumat, 29 April 2016

Pahamkan mereka

Seingatku dulu, tak sedikit guru yang takut jikalau muridnya lebih pandai
Sepemahamanku dulu, tak sedikit guru yang khawatir tersaingi kemampuan muridnya

Itu dulu... ingatan yang salah
Itu dulu... pemahaman yang keliru

Sadarlah kini
Guru yang sukses itu jikalau muridnya lebih hebat
Guru yang keren itu jikalau muridnya lebih kreatif

Tak usahlah khawatir wahai guru, jika muridnya satu langkah lebih maju
Tak usahlah resah wahai guru, jika muridnya berfikir lebih futuristik

Kita hanya perlu mendampinginya
Kita harus mau membimbingnya
Kita mau tidak mau selalu menyemangatinya

Walau sebenarnya kita sudah sangat malu
Atas ketidaktahuan kita
Atas ketidakmampuan kita
Atas kekuperan kita

Yakinkan mereka, murid-murid kita...
Penuh talenta
Beragam kecerdasan
Bisa lebih baik dari kita

Pahamkan mereka
Kehidupan ini untuk kehidupan selanjutnya

Kamis, 28 April 2016

Guruku memang multi talent

Aku memang beruntung
Sangat beruntung
Menjadi muridnya
Menjadi anak didiknya
Hingga kini

Guruku memang multi talent
Ada kalanya mengajakku tertawa
Di masa yang lain begitu serius berfikir
Di satu waktu aku begitu terperangah
Di lain masa aku hanya bergumam
Guruku memang multi talent
Kau ajak diri ini belajar ketawadhuan
Kau ajari diri ini pahami kemaslahatan
Kau seret diri ini realisasikan cita-cita
Kau berikan tauladan senyatanya

Guruku memang multi talent

Selasa, 26 April 2016

silaturahim yang "kedua"

Bercerita, ngobrol, dengan kedekatan hati dan perasaan. Itulah yang aku rasakan ketika membersamai #pakfari. Dan inilah yang akan selalu aku rindukan. Aku telah mengenal banyak “bapak”. Dan #pakfari ini berbeda. Aku “punya” #pakudin dengan gaya khasnya. Aku punya #sanggurutimur dan #sanggurubarat untuk mengobrol dan bercerita serta bercanda. Atau aku juga punya #sanggurutimurjauh atau #sanggurutengah. Tapi #pakfari punya kekhususan dalam hal ini. Semuanya baik, tapi aku bisa merasakan hal yang beda. #pakfari asli kalimantan, mungkin ini yang sangat membedakan. Pokoknya aku suka. Aku suka. Sekali lagi, kerinduanku “komunikasi” antara bapak dan anak, itulah yang mendorongku.  Bukan yang lain. Semoga aku bisa mempraktikannya dengan bapak ibuku, di sana, di kendaldoyong. Aku tak bisa melakukannya; menceritakan apapun, menanyakan sesuatu pada beliau. Aku tak bisa.. sedih.... sedih...

Perjalanan silaturahim yang kedua, demikianlah aku menyebutnya. Sebenarnya bukan yang kedua, melainkan yang ketiga. Kenapa kedua? Silaturahim yang pake “maksa” untuk diperbolehkan menginap. Perjalanan silaturahim ini ke #pakfari #sangguruselatan.

Perjalan ini telah aku rencanakan beberapa hari sebelumnya dengan “memaksa” untuk diperbolehkan menginap lagi. Aku tak tahu, sebenarnya tanggal 13 April aku telah bersua dengan #pakfari di pudakpayung. Aku ingin merasakan “aura” istananya lagi. Atau ingin makan gratisan??? Hehe... entahlah, kali ini aku ingin membersamainya. Semampuku... (red. Seseringnya... hehe).

Semnas FE UNY adalah “batu loncatan” untuk bisa ke yogya lagi. Kali iini aku punya istilah baru, “new york” alias new yogkarto. Lucu juga ya. Dan akhirnya aku bisa bersama pak KDY, pak JK, dan mbak tyas dalam kegiatan semnas ini, yang telah dipromosikan sama prof. Kirno dari UNY di grup WA Aprodiksi. Karena ke yogya, ya harus ke sardohoharjo ngaglik, dekat Merapi View. Ya, ke #pakfari.

Berangkatnya aku ikut mobilnya pak KDY. Setelah satu jam menunggu, akhirnya kami berangkat juga dari GSG Unnes. Pak KDY kelupaan membawa oleh-oleh untuk prof. Slamet UNY. Akhirnya menunggu cukup lama, putranya menyusulkan oleh-oleh itu. Kami berhenti di jembatan muntilan untuk sarapan pagi, tepatnya di warung makan Purnama, spesial pecel wader. Padahal aku sudah lapar dari tadi. Tahan, tahan, dan tahan. Dan menu “wader” akhirnya terlahap walau tak habis. Biasa, kalau makan mesti gitu.. maaf ya, aku kan makan secukupnya. Perjalanan pun berlanjut. Waktu telah menunjukkan 08.43. kami harus bergegas, karena pak JK telah memberikan kabar Seminar telah dimulai.

Sekira jam 10 kami akhirnya sampai FE UNY dan kami pun mengikuti seminar dengan baik. Dengan baik ya, lebih banyak mendengarkan daripada ngobrol. Selepas makan siang dan shalat dhuhur, aku dan pak JK berbagi tugas. Karena ke UNY banyak misi. Pak JK juga mau beli jurnal terakreditasi. Aku bantu menyampaikan oleh-oleh ke prof. Slamet. Dan pak KDY plus mbak Tyas yang mengikuti sesi paparan makalah. Aku dan pak JK pun bergegas melaksanakan tugas. Hmmm... mencari alamat prof. Slamet ternyata sulit. Muter-muter dulu baru ketemu. Padahal dekat sekali dengan FE UNY, malah kita jauh kesana, mengikuti petunjuk mbak google maps. Lega sudah. Dan aku pun kembali ke kampus untuk mengikuti kegiatan. Sampai kampus, ternyata pak KDY sudah selesai dan sedang mengurusi sertifikat. Karena aku sudah memberikan kabar kalau mau mampir di ngaglik, akhirnya pak KDY pulang ke Semarang lebih dulu dengan pak Gijana. Maafkan aku ya pak...

Sakit gigi... ya, aku merasakan sakit yang wow di hari itu. 23 April 2016. Saat berangkat, sakit gigi itu sebenarnya telah berasa. Tetapi aku tak menyangka rasa sakitnya luar biasa di siang hari. Karena tak kuat menahan rasa, saat seminar aku minta obat herbal yang kemarin tak kasihkan pak JK. Dan masih belum mempan. Puncaknya saat makan siang selepas dari prof. Slamet, di warung itu, rasa sakitnya luar biasa.... saaaakkiittttt....  sampai aku tak konsen ketika diajak ngobrol sama pak Gijana.

Rabu, 06 April 2016

Entahlah, perjalanan apa ini

Entahlah, perjalanan apa ini
Terasa begitu dekat dan menyenangkan

Mengendarai si vario hitam itu
Diselingi rintikan air hujan
Nikmat sekali

Entahlah, perjalanan apa ini
Tak sekedar semarang-yogya

Perjalanan ini wujud pertalian ukhuwah
Tanda bakti seorang murid kepada gurunya
Aktualisasi hormat sang anak kepada ayahandanya
Entahlah, perjalanan apa ini
Aku telah melaluinya; separuh...

Bersilaturahim ke #sangguruselatan


Seharusnya aku melakukan perjalanan ini, satu pekan lalu. Saat “oleh-oleh” dari HK masih ada, berupa cokelat singapore.. lho... Perjalanan itu pun tertunda, dan tak tahu akan kapan aku laksanakan.

Hingga Sabtu siang yang lalu (2/4). Perjalanan ini pun akhirnya secara mendadak aku rencanakan. Awalnya untuk keperluan lainnya, ikut temen yang mau ke yogya. Sekalian mampir ke ngaglik. Pikirku saat itu. Naik motor? Tak apalah. Lha wong rencana satu pekan lalu juga demikian, naik motor. Njajal kuat opo ora.
Siang itu, aku sms #pakfari (sebut saja begitu), #sangguruselatan. “Assamu’alaikum bapak, bagaimana kabarnya? Rencana sore ini mau ke yogya. Dan mampir ke bapak... sekalian menginap. Kalau dibolehkan... hehe”. Dan kau memberikan jawaban “Hehe sy ada di rmh. Nanti sore mau ke dokter”. Dengan jawaban ini aku tak puas, #pakfari tak memberikan jawaban pasti. Baru di sms lanjutannya; “masih ingat jln ke rmh?”. Sms kedualah yang membuatku yakin untuk merealisasikan perjalanan ini.
Yup, sebenarnya ikut teman. Dan ternyata temanku tak jadi ke yogya. Aku di antara kebingungan. Walau akhirnya aku putuskan tetap berangkat. Walau naik motor sendirian. Walau akan kehujanan. Walau akan kemalaman. Niat ini sudah mantab. Tekad ini sudah bulat. Rasa hormatku kepada #pakfari lah yang senantiasa menarik kuat. Melihat kabar secara langsung adalah sangatlah penting. Dan lebih baik, daripada hanya melalui WA atau sms atau BBM. Ya, aku ingin menyaksikan langsung bahwa #pakfari dalam keadaan baik-baik saja. Entahlah, aku sangat sedih dan khawatir tatkala mengetahui #pakfari sedang sakit. Satu hari sebelum aku berangkat ke HK tanggal 17 Maret lalu.
Kumulai saja perjalanan ini. Mengendarai si vario hitamku. Tepat pukul 16.45 aku keluar gang. Sebelumnya aku sms temenku di ngrajeg, kabari dia.. aku mau mampir dan minta pepaya.. hehe.. keluarga #pakfari suka pepaya yang pernah aku bawakan dulu, di bulan Januari akhir. Kunjungan pertamaku di kediamannya.