Minggu, 25 September 2016

berkunjung ke sang guru itu sangat menyenangkan

Bersua dan berbincang dengan sang guru itu memang hal yang sangat menyenangkan. Bagiku, aktivitas yang sangat ingin aku ulang. Berkali-kali. Semoga demikian juga dengan sang guru ya.. jangan-jangan aku senang, beliaunya sedih.. hehe

Yup, hari ini aku diizinkan oleh Sang maha Kuasa untuk bisa bersilaturahim langsung (dan tak langsung) dengan sang guru. Dan 4 orang keren dan hebat yang aku kenal selama ini.
Pagi ini, 24 September aku awali di kawasan pucanggading sana. Agak jauh memang. Tak apalah, bisa bersilaturahim itu sudah sesuatu banget.. Tepat jam 6 pagi aku sampai di kediaman yang kian "megah" saja. Hatiku sangat tenang dan senang saat aku lihat fortuner putih itu di garasi rumah. Dan salamlah aku.. seperti biasa, tak lama kemudian sang empunya membukakan pintu, menyapa dan mempersilahkan masuk.

Senin, 12 September 2016

IDUL ADLHA DAN KESALEHAN SOSIAL (sebuah naskah khutbah idul adha)

Oleh Ahmad Rofiq
الله أكبر 9 الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا  لا اله الا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد  الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنـًـا أَشْهَـدُ أَنْ لَا ِالَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ جَـعَـلَ حَجَّ اْلبَيْتِ مِنَ الشَّرِيْعَةِ رُكْنًا وَصَرَّفَ وُجُوْهَنَا اِلىَ قِبْلتَهِ فَكاَنَ مِنْ نِعْمَتِهِ اْلعُظْمَى وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ خَيْرُ مَنْ طَافَ بِاْلبَيْتِ الْعَتِيْقِ ذَاكِرًا أَسْمَاءَ رَبِّهِ الْحُسْنَى اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَ شَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ اِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ أَمَّا بَعْـدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ  أُوْصِيْكُمْ وَ نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَهِيَ نِعْمَةُ العُدَّةِ لِيَوْمِ اْلمِيْعَــادِ قال الله تعالى في كتابه العزيز`

Kaum Muslimin Muslimat Jamaah Shalat Idul Adha yang dicintai Allah SWT !

Di hari yang penuh rahmat dan maghfirah dari Allah, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menjadikan hari raya Idul Adha ini, sebagai hari untuk memposisikan kembali diri kita pada posisi yang sebenarnya, agar kita menjadi hamba Allah yang baik dan benar, sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Rasulullah SAW.

Shalawat dan salam marilah senantiasa kita senandungkan kepada Baginda Nabi Muhammad saw, Nabi Ibrahim as, para sahabat, tabiin, dan pengikutnya. Semoga di saat kita membutuhkan syafaat atau pertolongan, beliau berkenan menyiramkan kesejukan syafaat beliau, sehingga kita merasa nyaman di hari penentuan tersebut. Kita semua meyakini bahwa hidup kita di dunia ini, hanya ada satu tujuan, yakni beribadah atau mengabdi kepada Allah SWT, dan kita bisa menjalankan dengan baik, iman dan taqwa kita akan meningkat, dan inilah satu-satunya bekal kita menghadap Allah SWT.   

Saudara-saudaraku, para hamba Allah yang mulia!
Di saat kemarin 168.800-an saudara-saudara kita sedang menjalankan ibadah wuquf di Padang Arafah, hamparan padang tandus yang disulap dengan perkemahan, menjadi impian berjuta-juta umat Islam di seluruh dunia. Bahkan ada saudara-saudara kita yang menjadi korban paspor palsu, selain 177 orang yang sebagian sudah dievakuasi, tidak kurang dari 500-an jamaah yang sedang di tanah sucim pun, tampaknya tidak bisa menjalankan ibadah haji.

Alhamdulillah, pagi ini kita diijinkan berada di rumah Allah di Masjid Islamic center ini, menjalankan shalat Idul Adha 1437 H. Insya Allah, doa dan permohonan kita akan dikabulkan oleh Allah SWT. Siapapun kita, baik yang berlumuran atau bergelimang dosa, akan diterima taubatnya, karena Allah menjanjikan memersihkan dan mensucikan hamba-hamba-Nya, jika kita melakukan taubatan nashuha. Berhenti dari perbuatan dosa, menyesali, dan bertekad untuk tidak mengulanginya.

Allahu Akbar x3
Sebagai hamba Allah, kita tidak mampu menghindari dosa dan kesalahan dalam prilaku kita sehari-hari. Marilah kita bermuhasabah dan mengenali siapa diri kita ini yang sebenarnya. Kita hanyalah seonggokan tulang berbalut daging yang terus menerus berusaha membungkus aib dan maksiyat pada masa-masa yang telah kita lewati. Sekedar membaca surat Al-Fatihah saja, rasanya kita belum fashih. Jangankan mengamalkan isinya. Mengerjakan shalat, hanya di sisa-sisa waktu, di tengah rutinitas kesibukan kita sehari-hari. Itupun sering tidak bisa khusyu’. Membaca al-Qur’an pun, menunggu hadirnya bulan Ramadhan. Itupun boleh jadi hanya di ujung lidah, dan tidak sanggup memahami makna dan pesan-pesannya dengan baik dan utuh. Berdzikir kepada Allah, lebih sebagai ritual dengan mempertontonkan betapa besar dan panjang untaian biji tasbih atau alunan suara tekanan tasbih. Sujud pun, rasanya dahi belum benar-benar menempel di tempat sujud.