Seharusnya
aku melakukan perjalanan ini, satu pekan lalu. Saat “oleh-oleh” dari HK masih
ada, berupa cokelat singapore.. lho... Perjalanan itu pun tertunda, dan tak
tahu akan kapan aku laksanakan.
Hingga Sabtu
siang yang lalu (2/4). Perjalanan ini pun akhirnya secara mendadak aku
rencanakan. Awalnya untuk keperluan lainnya, ikut temen yang mau ke yogya.
Sekalian mampir ke ngaglik. Pikirku saat itu. Naik motor? Tak apalah. Lha wong
rencana satu pekan lalu juga demikian, naik motor. Njajal kuat opo ora.
Siang itu,
aku sms #pakfari (sebut saja begitu), #sangguruselatan. “Assamu’alaikum bapak,
bagaimana kabarnya? Rencana sore ini mau ke yogya. Dan mampir ke bapak...
sekalian menginap. Kalau dibolehkan... hehe”. Dan kau memberikan jawaban “Hehe
sy ada di rmh. Nanti sore mau ke dokter”. Dengan jawaban ini aku tak puas,
#pakfari tak memberikan jawaban pasti. Baru di sms lanjutannya; “masih ingat
jln ke rmh?”. Sms kedualah yang membuatku yakin untuk merealisasikan perjalanan
ini.
Yup, sebenarnya
ikut teman. Dan ternyata temanku tak jadi ke yogya. Aku di antara kebingungan.
Walau akhirnya aku putuskan tetap berangkat. Walau naik motor sendirian. Walau
akan kehujanan. Walau akan kemalaman. Niat ini sudah mantab. Tekad ini sudah
bulat. Rasa hormatku kepada #pakfari lah yang senantiasa menarik kuat. Melihat
kabar secara langsung adalah sangatlah penting. Dan lebih baik, daripada hanya
melalui WA atau sms atau BBM. Ya, aku ingin menyaksikan langsung bahwa #pakfari
dalam keadaan baik-baik saja. Entahlah, aku sangat sedih dan khawatir tatkala
mengetahui #pakfari sedang sakit. Satu hari sebelum aku berangkat ke HK tanggal
17 Maret lalu.
Kumulai saja
perjalanan ini. Mengendarai si vario hitamku. Tepat pukul 16.45 aku keluar
gang. Sebelumnya aku sms temenku di ngrajeg, kabari dia.. aku mau mampir dan
minta pepaya.. hehe.. keluarga #pakfari suka pepaya yang pernah aku bawakan
dulu, di bulan Januari akhir. Kunjungan pertamaku di kediamannya.
Dalam
perjalan Ambarawa-Secang, ternyata #pakfari kirim sms, isinya memberi no hp ibu
dan no telpon rumah. Mungkin, kalau udah sampai bisa telpon dulu. Maklum,
keperluan di dokter tidak bisa dipastikan. Setelah sampai, baru aku tahu...
kunci rumah sampai di titipkan ke tetangga depan rumah. Khawatirnya aku datang
duluan, sebelum #pakfari selesai dari periksa ke dokter. Dan tetangga bisa
membukakan pintu untuk ku... kali ini aku sangat #terharu. Baik sekali engkau.
Aku memberi kabar, sekira pukul 20an aku akan sampai. Walau akhirnya aku yang
terlambat.
Apakah aku
masih ingat jalan menuju jalan rajawali itu? Jujur saja, aku masih belum hafal,
jalan ke kiri yang pertama (di dekat alun-alun Sleman). Dan akhirnya aku salah
belok. Google maps kali ini membantu. Karena nggak yakin, buka saja aplikasi
itu, dan memang aku harus mengambil jalan lurus bukan belok. Dan akhirnya aku
temukan perempatan itu. Berikutnya, aku juga salah belok untuk kali kedua.
Yaitu gang elang 8. Ternyata aku belok lebih cepat, di gang elang 7. Untung
saja, ada gang elang 7a yang menghubungkan ke gang elang 8. Dan kulihat brio
putih itu. Ah, senangnya.... hatiku... sampailah aku di kediaman #pakfari.
Pukul 20.45,
sekira itu. Aku hentikan si vario tepat di depan kediamannya. Aku yakin, si
empunya tahu kalau aku yang datang. Betul saja, #pakfari membuka pintu ditemani
si farrel. Dan mempersilakan masuk sekalian memasukkan si vario. Dengan bahagia
(semoga) #pakfari menyambutku. Aku sih seneng aja. Melihat sekilas, #pakfari
tidak kelihatan kalau sedang sakit. Dan kuparkir si vario di pojok kanan
halaman rumah. #pakfari memang sangat baik. Sebelum aku masuk rumah, aku
diminta memasang penutup motor vario. Biar tidak kehujanan dan kedinginan
kali.. hehe... (biar aman aja lah...). jaket merahku pun diminta dibawa masuk.
Aku naruh di kursi depan. Kan hanya jaket jelek, pikirku. Jaket gratisan dari
astra honda.
Selanjutnya,
aku duduk di ruang tamu. Dan tuan rumah telah menyiapkan kamar untukku.
Sepertinya, #pakfari tahu kalau aku menyengajakan diri untuk menginap. Hehe... dan
bisa jadi inilah jodohku, #pakfari tidak terlalu lama di dokter, dan telah di
rumah sebelum aku sampai. Biasanya lama, tetapi kemarin langsung dapat giliran
walaupun berangkatnya habis maghrib.. alhamdulillah, Allah lah Sang Maha
Berkehendak.
#pakfari pun bercerita tentang keadaannya. Aku kian tenang dan tak khawatir, karena beliau kian membaik. Dan aku telah ada di hadapannya. Obrolan ini mengalir tidak terlalu lama. Aku tahu, #pakfari masih belum boleh ngobrol lama-lama. Di samping aku juga mulai mengantuk. Capek tahu.. si farrel pun menemani kami. #pakfari bilang, si farrel sangat suka saat dikabari aku mau dateng. Kenapa? Biar ada temannya, main.. hehe.. #pakfari melanjutkan cerita lainnya. Seperti biasa, aku masih berposisi sebagai pendengar setia. #pakfari sangat ingin bercerita kelihatannya. Padahal belum boleh banyak ngobrol. Dokter melarang #pakfari yang ingin sekali bisa masuk kelas untuk ngajar. Bolehnya, adalah bicara yang ringan-ringan. Denganku? Sepertinya cocok ya, obrolan ringan... hehe... lanjut obrolannya...
Sebelum aku
masuk kamar, #pakfari agak panik karena air kencingnya berwarna merah. Aku juga
ikutan khawatir. Ternyata dikarenakan habis minum obat yang dikasihkan dokter.
Akhirnya aku pun masuk kamar. #pakfari terlihat membawakan handuk untukku. Aku
sih senyum-senyum saja. Aku jarang mandi kalau malam atau sore.. hehe.. tuan
rumahnya memang sangat baik.
(Hmm, tak
terasa sudah pukul 20.57 saat ini. Aku mulai mengantuk... ketikan cerita aku
teruskan besuk saja ya.... biarkan aku tersenyum sendiri... mengingat
perjalanan unik ku yang kedua.. perjalanan ke Malang tahun 2014 adalah
perjalanan unik yang pertama. Kemana? Ke #sanggurutimur alias #cakji).
Pukul 20.25
hari ini (5/4) aku lanjutkan cerita di atas. Sampai mana ya?
Ah, ku
pandangi saja isi kamar itu. Di depan persis saat aku rebahkan di tempat tidur
itu terpampang foto “ibu” saat masih muda (kayaknya sih). Di dinding sebelahnya
terdapat almari yang bertumpuk mainan farrel. Aku lupa tanya ini kamarnya
siapa. #pakfari pernah cerita ada satu kamar yang khusus disediakan untuk tamu
jika ada yang menginap. Mungkin kamar ini yang dimaksud. Di dinding sebelah
kiriku terpasang foto karikatur si farrel saat berulang tahun yang keberapa
gitu, aku amati tanggal lahirnya. Dan aku pun lupa. Hehe... seperti biasa, aku
cari sumber listrik. Maklum si note 4 ku butuh sumber energi agar tetap ON.
Kutemukan di sebelah sana. Tapi besuk pagi saja.
Kumulai
pejamkan mata, setelah “setor” ke kamar mandi. Sekira jam 22 an kalau tak
salah. Dan tiba-tiba jam 23 hapeku berdering. Nomor tak dikenal. Sepertinya aku
masih tak sadar saat menjawab telpon tersebut. Entahlah, tak jelas. Dan paginya
aku udah lupa. Kulanjutkan saja tidurku. Dan aku terbangun pukul 03 an. Seperti
biasa. Aku keluar kamar, dan aku amati ruang tamu dan ruang keluarga. Luas ya..
dan aku menuju kamar mandi. Pipis euy. Kulihat kamar depan ada yang tidur,
mungkin #pakfari. Aku tak berani buka ya.. hihihi.. nanti dikira ada
“maling”... hahaha
Dan
kulanjutkan tidurku. Sejaman kemudian aku terbangun, sekira waktu shubuh. Tak
berapa lama, kudengar azan. Kutunaikan dua rakaat. Dan aku lihat sajadah hijau
itu seperti yang aku berikan sebagai oleh-oleh umroh dulu. Sengaja, aku tak
tidur lagi selepas shalat. Mainan hape adalah aktivitasku pagi itu. Sembari
berharap #pakfari mengajak jalan-jalan pagi atau apalah-apalah. Benar saja, ku
dengar si farrel sudah bangun. Dan mengajakku untuk menikmati udara pagi nan
sejuk di kampung Drono itu. Sekitar 1 km jalan-jalan pagi itu sampai di sungai
kecil yang masih menarik untuk dinikmati. Di sekitarnya masih ada sawah.
Jalan-jalan
pagi itu diawali beli lauk. Hmm... menggoda sekali baunya. Jalan-jalan pagi
masih lebih menarik. Sepertinya aku masih takut untuk ngajak ngobrol sama
#pakfari. Aku amati saja apa yang beliau lakukan. Aku ngobrol sama si farrel
saja. Kan tujuanku menemani mereka.. hahaha... dan akhirnya sang mentari tampak
menyinari kampung itu, jalan-jalan pagi pun saatnya berakhir. Pukul 07 nanti
#pakfari akan dijemput tempatnya (namanya pak Nurofiq) untuk periksa kesehatan
di daerah Muntilan. #pakfari sudah memberitahu akan ke sana malam itu. Ini yang
membuatku agak bimbang. Apa sekalian pulang ya. Tapi aku akan dapat apa kalau
langsung pulang. Inginnya berlama-lama di kediaman ini.
Sampai rumah,
rehat sejenak di depan tv. Nonton bareng bertiga. Cocok sekali. Bapak, anak
ragil, dan kali ini aku berperan anak sulung. Hahaha... ngobrol sejenak. Asyik
sekali. Sepertinya aku mulai “terinternalisasi” dengan keluarga #pakfari.
Ngarep kaleee... dan kulanjutkan dengan sarapan. Kali ini aku mau nemenin si
farrel. Sementara #pakfari mandi. Ibu menyiapkan segala sesuatunya untuk
sarapan kita berdua. Dan kini aku tahu bahwa si farrel suka telur dadar selain
ayam goreng. Selesai sarapan kulanjutkan mandi dan siap-siap untuk ikut
#pakfari periksa kesehatan.
Pukul 07.10
an pak Nurofiq belum sampai. Namun, tak lama kemudian beliau hadir. Dan
akhirnya kita berangkat. Aku berkenalan sedikit dengan beliaunya. Ya,
sepertinya aku tak asing nama itu. Pengarang buku Akuntansi Biaya. Belum tak
cek kebenarannya sampai sekarang. Hehe.. belum sempat. Dan perjalanan ke Muntilan
pun dimulai. Di daerah ngluwar kalau tidak salah. Membersihkan lambung dll
karena gejala mag. #pakfari termasuk agak parah. Dan periksa kali ini pun
#pakfari masih belum bersih. Harus datang lagi pekan depan. Aku tak berani
ikutan periksa. Aku hanya nemenin si farrel main FIFA2015 dan FIFA2016 serta
ngobrol sedikit dengan pak Nurofiq dan #pakfari tentang penelitian 2017 melalui
skim ditlitabmas. Apa yang menarik penelitian akuntansi saat ini? Ah, obrolan
ringan itu tak cukup jika aku tulis di sini. Hehehe... ilmiah banget euy.
Selepas
periksa, aku beranikan diri untuk berpamitan. Tujuannya dua; aku ingin
melanjutkan perjalanan ke #pakhardi biar pulang ke semarangnya tidak kesorean.
Dan aku ingin tahu apakah #pakfari akan mencegahku jika pulang. Apa yang terjadi?
#pakfari memang sangat baik orangnya. #pakfari mencegahku untuk berpamitan di
pukul 9.30 an itu. Diminta untuk makan siang bersama dulu di suatu tempat. Aku
sih senang-senang aja. Ini yang ditunggu. Dan akhirnya kita lanjut obrolannya.
Walau sebenarnya aku masih sangat khawatir dengan beliau. Tak boleh banyak
bicara. Mengetik sms/wa di handphone saja masih banyak salah. Tetapi, #pakfari
itu suka cerita. Dan ceritanya kali ini berulang tentang “politik” STIE. Akun
dengerin saja. Mana si farrel? Tadinya bersama kita, dan akhirnya ke kamar
nonton tv.
Tak terasa,
jam mulai menunjukkan pukul 11an. Brio putih yang sudah dipanasin dari tadi
sama #pakfari pun keluar garasi dan menuju ke rumah makan. Siapa yang nyetir?
Ya ibu lah. Aku dan #pakfari di belakang. Dibawa kemana aku ngikut saja.
Menikmati kebersamaan dan keakraban dengan mereka.
Nasi Uduk
Palagan, itulah rumah makan yang dituju. Sekira 15 menit perjalanan dari Drono.
Setelah dipesan menunya, datanglah... hehe... kayak apa saja. Petugasnya
menggunakan tab untuk mencatat pesanan kita. Teringat beberapa tahun yang lalu
di Jakarta. Sudah canggih euy. Menunya adalah nasi uduk bakar. Tapi kali ini
aku pesan nasi goreng babat. Maklum, sudah lama nggak makan nasi goreng yang
enak. Si farrel pesan chicken kesukaannya. Dan agak ngambek karena dilarang
mamanya pesan minum es soda gembira. Aku pun merayunya dengan mainan FIFA2016
dan berhasil. Sepertinya si farrel seneng dengan kehadiranku. Ya, untuk
menemaninya.. ada teman baru... sebelum kami menyantapnya, seperti biasa, aku
tak ingin kehilangan momentum. Aku belum foto bareng bersama mereka. Dan
crek... crek... jadilah beberapa foto..
Dan keinginan
foto bareng #pakfari berdua keturutan saat pulang dari makan. Dan pakai kamera
belakang. Si farrel yang memfotonya beberapa kali. Hasilnya? Ada yang sangat
bagus. Menurutku sih. #pakfari yang mendekat, aku yang agak jaim... payah.. tak
apalah, yang penting jadi. Teringat foto saat aku ikut seminar internasional di
YKPN pada November 2015. #pakfari lah yang lebih hangat dan akrab saat aku
minta foto bareng beliau. Cissss..... aku punya foto lagi sma #pakfari.
Sampailah di
rumah, dan segera aku tunaikan shalat dhuhur karena sudah saatnya. Setelah itu,
aku taruh pin dasi di dasi merah yang tergantung di pintu. Inilah oleh-oleh
asliku. Karena pepaya yang telah aku kasihkan sebelumnya adalah oleh-oleh dari
pak jeka. Hahaha... aku memberitahu #pakfari tentang pin saat aku telah sampai
di kalisegoro melalui sms.
Dan aku pun
berpamitan dengan #pakfari dan keluarga. Cuaca saat itu sangat panas. #pakfari
menawari sore saja, istirahat dulu. Tapi aku keukeuh melanjutkan perjalanan.
Dan senyumku mengembang. Di antara bahagia dalam persuaan dan sedih dalam
perpisahan. Dan kusampaikan salam itu. Semoga kita bersua lagi tanggal 12 nanti.
Saat #pakfari ke Semarang.. insyaAllah..
Vario itu pun
kemudian meluncur ke daerah Nyamplung Kidul. Ketemu atau tidak ketemu, jalan
saja. 20 menit perjalanan, aku pun telah sampai di kediaman #profhardi. Aku
ketuk tiga kali, tak ada jawaban. Dan akhirnya ada bapak yang bantu
membersihkan taman rumah. Aku tanya, dan akhirnya aku ketuk lagi. Ibu membuka
pintu dan aku sangat bahagia, karena #profhardi ada di rumah. Hampir saja aku
meninggalkan rumah itu karena tak ada yang membalas salamku. Ternyata, #profhardi
sedang tak enak badan, flu.
#profhardi
kaget melihat kedatanganku, mas ahmad. Dan mempersilahkanku masuk dan akhirnya
obrolannya mengalir seperti biasa. #profhardi punya undangan tim reuni di kota
pukul 14 dan aku datang sekitar pukul 12.30. sebentar tok nih waktuku.
Ternyata, #profhardi membatalkannya. Karena ada aku, ada tamu dari jauh..
hahaha... lagi nggak enak badan alasan utamanya.
Obrolan pun
mengalir... biasa, Unnes dan sekitarnya. Dan #profhardi bercerita sedang
renovasi rumah di daerah sebelah. Sepekan lalu sudah cerita, dan aku kira rumah
hijau ini yang direnovasi. Aku akan diundang jika sudah selesai.. senangnya
kalau bisa hadir. Sekitar bulan Mei, pertengahan. Tunggu saja ya. #profhardi
selalu mengingatkan agar #masahmad jangan terbuai dengan “kursi” yang diduduki
saat ini. Memprovokasi agar aku segera ambil studi S3. Ciieeee.... insyaAllah
2017. Semoga... Adzan ashar pun terdengar. Dan kami pun menghentikan obrolan
untuk menuju ke masjid. Kami naik motor masing-masing. #profhardi khawatir
dengan flu nya kalau boncengan denganku. Baik sekali ya.
Aku
berpamitan setelah shalat ashar. Kali ini #profhardi tak mencegahku. Maklum
saja, aku kan naik motor. Jika aku nge-bis, aku yakin #profhardi akan menahanku
untuk menginap dan membersamainya esoknya. Sebelum kukendarai vario itu, aku
beranikan untuk berfoto dengan beliau. Selfie lah. Kan tidak ada orang lain.
#profhardi mengajak foto di pagar depan karena ada gambar plus tulisan yang
sangat bermakna. Setelah foto kita bahas apa yang tertulis. Hmmm... sulit
sekali. Ada luhuring budi dan tulisan “Islam my way”. Keren dan filosofis. Aku
tak bisa menebak sebelumnya. Dan #profhardi masih sangat semangat ceritanya.
Obrolan ini seharusnya tak selesai secepat ini. Tapi jam telah menunjukkan
pukul 16. Saatnya pulang ke semarang. Takut kesorean dan kehujanan. Hehe... dan
ngeng..... aku pacu si vario itu. Yang
akhirnya merasakan perjalanan jauh, lebih dari 100 km. Aku cek di maps,
kalisegoro-drono adalah 110 km. Jika kalisegoro-nyamplung? Ditambah 20an km.
Perjalananku
pulang ke semarang ditemani rasa syukur. Kebahagiaan telah mampu berkunjung ke
#pakfari sekaligus ke #profhardi. Melihat langsung kondisi #pakfari. Dan sudah
lama tak pergi ke nyamplung. Lengkap sudah kebahagiaan ini, sebagai murid,
anak, atau apalah. Alhamdulillah...
Di masjid
jambu saat aku ingin tunaikan shalat maghrib aku bersua dengan pak azam FIK.
Dan akhirnya aku diajak menikmati makan malam di sekitar masjid. Maunya wedang uwuh.
Dapatnya bakso dan susu/kopi/jeruk. Pak azam juga baik orangnya. Dan baru aku
tahu, bahwa beliau belum punya momongan. Seperti aku. Jadi #sedih. Allah telah
menggariskan takdir seseorang. Jalanin dan nikmati saja. Dan berpandailan
bersyukur. Begitu keyakinan pak azam. Aku harus ikutin dah.
Pukul 20an
akhirnya aku sampai di kalisegoro. Alhamdulillah, lega. Dan shalat isya.
Dan..... nonton tv. Ada siaran langsung Arema vs Persib di final Bhayangkara
Cup.
“Alhamdulillah
bapak.. mas ahmad telah sampai ke gubug mungilnya lagi.. dengan merasakan air
hujan di Magelang.. Terimakasih atas kehangatannya”. Demikian sms yang aku
kirimkan jam 20.44. memberi kabar bahwa aku telah sampai. #profhardi langsung
membalas alhamdulillah. Dan #pakfari membalas keesokannya “Sama2. Salam buat
keluarga”. Aku pun membalasnya lagi; “sama-sama bapak. Bermalam di kediaman
bapak kemarin adalah kebahagiaan bagiku., yang tak ternilai.. menemani
“mengganggu” bapak.. melihat bapak dalam keadaan yang kian membaik, insyaAllah
(dan lekas pulih).. adalah anugerah terindah. Semoga Allah SWT izinkan aku tuk
selalu hormat kepada bapak... Mohon maaf jua bapak, aku hanya bisa meninggalkan
“pin” dari HK di dasi merah bapak yang tergantung di pintu.. Sekali lagi
terimakasih”. #pakfari pun membalasnya “InshaAllah. Tq”. Aku sangat maklum
jawaban singkatnya. Selama ini juga gitu.. hehehe.. tetapi kalau ketemu,
obrolannya bisa puanjjjaannngggg...
Tuntas sudah
ceritaku kali ini. Aku tuliskan agar aku selalu ingat. Perjalanan unikku yang
kedua. Perjalanan ke #sangguruselatan. Terimakasih #pakfari dan #profhardi. Kau
telah menjadi bagian dari semangatku.
Entahlah,
perjalanan apa ini
Terasa begitu
dekat dan menyenangkan
Mengendarai si
vario hitam itu
Diselingi rintikan
air hujan
Nikmat sekali
Entahlah, perjalanan
apa ini
Tak sekedar
semarang-yogya
Perjalanan ini
wujud pertalian ukhuwah
Tanda bakti
seorang murid kepada gurunya
Aktualisasi hormat
sang anak kepada ayahandanya
Entahlah,
perjalanan apa ini
Aku telah
melaluinya; separuh...
(akun path, 2
April 2016 pukul 09.50pm)
Berkunjung ke
sang guru adalah satu anugerah yang kan selalu terngiang...
Nasihat, cerita,
kisah, motivasi, dan juga “provokasi”...
Matur trengkyu
prof. Hardi Suyitno dan pak Algifari...
Salam hormat
selalu...
(status fb, 3
April 2016 pukul 06.50pm)
menjelang bobok malam, 05042016 21.54pm...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar