Pekan ini merupakan waktu saya
kembali menjalani rutinitas “mengajar” di kelas setelah satu (1) bulan
mengikuti pelatihan di Bali dengan tajuk Content
and Language Integrated Learning atau CLIL. Topik tersebut ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas bilingual yang sedang dikembangkan
di kampus tercinta, Universitas Negeri Semarang. Dan di fakultasku, diselenggarakan
di prodi Pendidikan Ekonomi (Akuntansi) S1.
Semangat membara dan masih
“teles” ilmu yang saya peroleh, mengajak saya untuk berinovasi di kelas
Akuntansi Biaya I. Dan permainan hot seat
si kursi panas menjadi pilihan. Ya, ini menjadi solusi atas fenomena yang
terjadi di kelas yang saya ampu. Kompetensi menyelesaikan soal dan kasus
Akuntansi Biaya I pada kelas bilingual cukup memuaskan. Mereka mampu
menyelesaikan kasus yang diberikan. Namun, ketika mereka diminta menyampaikan
secara lisan, mereka mengalami kendala dan kesulitan. Kompetensi bahasa Inggris
secara aktif tampak kurang dan tidak dapat dimonitor dengan baik. Kenapa saya
pilih hot seat game? Paling tidak,
saya mempunyai dua (2) tujuan; (1) meningkatkan kompetensi akuntansi dan bahasa
Inggris (speaking dan listening) pada kelas bilingual, dan (2)
memonitor kemampuan komunikasi lisan tentang akuntansi dalam bahasa Inggris.
Setelah membuka kelas dengan
mereview apa yang telah tersampaikan pada pertemuan sebelumnya, permainan hot seat pun segera dimulai. Berawal
dari penjelasan tata cara pelaksanaan hot
seat game kemudian dilanjutkan dengan pemilihan mahasiswa yang akan duduk
di hot seat. Langkah berikutnya
adalah penentuan tema atau topik. Dan permainan hot seat berlangung. Mahasiswa yang duduk di hot seat menyampaikan pengetahuannya tentang topik yang telah saya tentukan.
Saat itu, si Dion satu-satunya mahasiswa putra menjadi “korban”. Dengan wajah
yang mulai memerah karena akan duduk di kursi panas, ia menyampaikan terlebih
dahulu tentang cost accounting yang
ia tahu. Mahasiswa lainnya mendengarkan dan kemudian memberikan
pertanyaan/tanggapan secara begantian. Dion pun memberikan jawaban dan
tanggapan dengan berusaha menggunakan bahasa Inggris yang ia mampu. Permainan
dilanjutkan dengan mahasiswa lainnya secara bergantian.
Saya cukup puas dengan
pelaksanaan game kali ini. Paling
tidak, saya bisa memonitor dan mengetahui kemampuan komunikasi lisan mahasiswa.
Menjelaskan/bertanya/memberikan tanggapan tentang akuntansi biaya dengan
berbahasa Inggris.