Ramadhan
ini, Para Pencari Tuhan (PPT) memasuki episode yang ke tujuh, alias PPT 7.
Sinetron religi yang tayang di SCTV tiap petang dan fajar itu telah menyapa
penggemarnya selama enam tahun dan kini ada di angka 7. Tidak banyak sinetron
yang hadir sampai dengan season
ke 7. PPT hadir dan menghipnotis
pecintanya untuk terus tak melewatkan alur ceritanya. Simple, tapi sebenarnya tidak. Mengandung nilai-nilai mendalam. Pilihan
dialog yang berkelas dan berbobot. Dari setiap pemerannya. Demikian juga dengan
guyonan khas nan segarnya. Dimana kalau dicermati, sungguh, kita akan mendapatkan
hal yang luar biasa… Allah pun telah memerintahkan kepada hambaNya untuk
memimikirkan sesuatu. Sepertinya, tak terkecuali sinetron sebagai buah dari
karya seni.
Ada satu
penggalan cerita dari sinetron Ramadhan yang diarsiteki oleh Deddy Mizwar,
aktor kawakan yang flamboyan itu. Di Para Pencari Tuhan Jilid 3 (sekitar tahun
2009). Asrul dan Udin, memang bukan aktor utama. Tapi peran yang mereka
jalankan menarik sekali untuk diungkap. Hingga kini, di jilid 7. Warga yang
kepayahan dalam hidupnya, dalam mencukupi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tapi
mereka mempunyai keluhuran sikap dan persaudaraan. Di PPT 3 mereka berniat
dengan kuat untuk menunaikan ibadah haji. Mission
impossible. Mereka pun dengan segenap usaha dan pengorbanan serta
kesabaran, terus dan terus mengejar asa. Apa yang mereka lakukan? Ibadah haji
sangatlah membutuhkan keuangan yang besar. Untuk itulah, mereka menganggap
bahwa menabung adalah jalan terbaik. Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit, semoga
akan jadi bukit. Hingga akhirnya, mereka mampu untuk mengunjungi ka’bah. Inilah
yang lucu dan menggelitik. Mereka bukan membuka rekening tabungan yang tak
mampu mereka lakukan.
Mereka
tabungkan uangnya di dalam sebuah kotak yang dibentuk seperti ka’bah. Cara
untuk meyakinkan dan memantapkan niatan. Sebagai pengaman, mereka tak menyimpan
di dalam rumah mereka. Khawatir, kalau kan tersisih untuk makan
sehari-hari. Mereka “kubur” kotak
“ka’bah” di dalam tanah. Di sebuah tempat yang dianggap aman. Perjuangan berat
untuk mengisi kotak mereka. Uang yang disisihkan di antara untuk “makan” atau
“haji”. Pilihan berat dan menyeka keringat. Niatan kuat menyelamatkan.
Bersama-sama mereka masukkan tiap uang ke kotak impian itu dengan segera dan
mantap. Takut, terkoreksi niatannya. Segera, mereka tutup kotak dan kubur.
Hingga, sesuatu untuk sementara menggagalkannya. (di sini, ada cerita yang
terpenggal. Karena pengamatanku terbatas pada waktu. Jam tayang yang tidak
memungkinkan ku terus bersamanya. J).
Asrul
dan udin, tetap menarik di PPT 7. Asrul yang berhasil berhaji dan kemudian
menjadi orang kaya. Walaupun akhirnya menjadi orang miskin lagi. Namun,
subhanallah, akhlaknya tetap sama. Yakin dan tabah atas kehendakNya. Sedangkan
si Udin, kini diuji dengan menemukan uang puluhan juta. Uang yang sebenarnya milik
pak Jalal yang dicuri orang. Sambungan cerita yang akan tetap dirindu.
Mira,
istri Asrul juga punya peran yang luar biasa. Sebagai istri yang sholehah,
mempunyai keyakinan kepada Allah dan begitu penyabar. Apapun yang terjadi pada
keluarganya. Miskin, kaya, punya, tidak punya, aqidah tak tergadaikan. Allah
Maha Penolong. Subhanallah. Loli??? Wah, peran yang membuat penonton gemes dan
grrrr…. Pak Jalal? Bu Jalal? Atau pak RW? Peran-peran yang keren. Peran
utamanya sebenarnya ada di pelawak Bajaj (Chelsea dkk), atau Aya, Kayla, Azzam,
atau bang Jack ya. Ada pak Ustadz dan bu Ustadzah… and the others.
Belajar
dari Para Pencari Tuhan. Belajar dari PPT, kenapa tidak? Mereka mengajarkan
inovasi dan kreativitas. Sinetron religi yang hadir tiap ramadhan ini sungguh
elegan dan sangat kontekstual. Memahami perkembangan dinamika sosial.
Mengajarkan nilai-nilai agama dengan cara yang enak, nyaman, dan indah untuk
dimengerti melalui realitas sosial dalam peran-peran dan alur ceritanya.
Kekuatan persaudaraan antara Asrul dan Udin atau Chelsea dkk, mengajarkan
betapa dinamis dan indahnya sebuah jalinan antar saudara, teman. Saling
menasihati. Bercanda bersama. Sedih bersama. Pola kepemimpinan pak RW yang
tidak layak untuk dicontoh. Pimpinan yang hanya mendahulukan kepentingan
sendiri. Ketegasan pak Ustadz dan nasihatnya sungguh kita butuhkan untuk
menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi. Ahhh, masih banyak lagi. Tak kan
bisa tergambar dalam tulisan ini.
Jika
kita tarik ke kampus konservasi kita tercinta, semoga memberikan banyak hikmah
dan pelajaran bagi dosen, karyawan, mahasiswa, pimpinan, atasan, bawahan,
siapapun itu. Dengan peran masing-masing. Hingga, Unnes mampu menjadi kampus
indah dan nyaman yang dinaungi berkah Allah swt. Yang bekerja, hanyalah untuk
mencari berkah Allah. Yang belajar, juga hanya mengharap ridha Allah. Mereka
saling bertaut hatinya. Bergandengan tangan untuk mencapai cita. Penuh
optimisme dan kreasi futuristik. Walau berganti pimpinan, Unnes kan tetap
membanggakan.
Terakhir, selamat menunaikan ibadah ramadhan 1434 H.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita. Dan menjadikan kita sebagai golongan muttaqin. Amin ya rabbal ‘alamin.