Kamis, 18 Juli 2013

Belajar dari Para Pencari Tuhan

Ramadhan ini, Para Pencari Tuhan (PPT) memasuki episode yang ke tujuh, alias PPT 7. Sinetron religi yang tayang di SCTV tiap petang dan fajar itu telah menyapa penggemarnya selama enam tahun dan kini ada di angka 7. Tidak banyak sinetron yang hadir sampai dengan season ke  7. PPT hadir dan menghipnotis pecintanya untuk terus tak melewatkan alur ceritanya. Simple, tapi sebenarnya tidak. Mengandung nilai-nilai mendalam. Pilihan dialog yang berkelas dan berbobot. Dari setiap pemerannya. Demikian juga dengan guyonan khas nan segarnya. Dimana kalau dicermati, sungguh, kita akan mendapatkan hal yang luar biasa… Allah pun telah memerintahkan kepada hambaNya untuk memimikirkan sesuatu. Sepertinya, tak terkecuali sinetron sebagai buah dari karya seni.
Ada satu penggalan cerita dari sinetron Ramadhan yang diarsiteki oleh Deddy Mizwar, aktor kawakan yang flamboyan itu. Di Para Pencari Tuhan Jilid 3 (sekitar tahun 2009). Asrul dan Udin, memang bukan aktor utama. Tapi peran yang mereka jalankan menarik sekali untuk diungkap. Hingga kini, di jilid 7. Warga yang kepayahan dalam hidupnya, dalam mencukupi kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tapi mereka mempunyai keluhuran sikap dan persaudaraan. Di PPT 3 mereka berniat dengan kuat untuk menunaikan ibadah haji. Mission impossible. Mereka pun dengan segenap usaha dan pengorbanan serta kesabaran, terus dan terus mengejar asa. Apa yang mereka lakukan? Ibadah haji sangatlah membutuhkan keuangan yang besar. Untuk itulah, mereka menganggap bahwa menabung adalah jalan terbaik. Dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit, semoga akan jadi bukit. Hingga akhirnya, mereka mampu untuk mengunjungi ka’bah. Inilah yang lucu dan menggelitik. Mereka bukan membuka rekening tabungan yang tak mampu mereka lakukan.
Mereka tabungkan uangnya di dalam sebuah kotak yang dibentuk seperti ka’bah. Cara untuk meyakinkan dan memantapkan niatan. Sebagai pengaman, mereka tak menyimpan di dalam rumah mereka. Khawatir, kalau kan tersisih untuk makan sehari-hari.  Mereka “kubur” kotak “ka’bah” di dalam tanah. Di sebuah tempat yang dianggap aman. Perjuangan berat untuk mengisi kotak mereka. Uang yang disisihkan di antara untuk “makan” atau “haji”. Pilihan berat dan menyeka keringat. Niatan kuat menyelamatkan. Bersama-sama mereka masukkan tiap uang ke kotak impian itu dengan segera dan mantap. Takut, terkoreksi niatannya. Segera, mereka tutup kotak dan kubur. Hingga, sesuatu untuk sementara menggagalkannya. (di sini, ada cerita yang terpenggal. Karena pengamatanku terbatas pada waktu. Jam tayang yang tidak memungkinkan ku terus bersamanya. J).
Asrul dan udin, tetap menarik di PPT 7. Asrul yang berhasil berhaji dan kemudian menjadi orang kaya. Walaupun akhirnya menjadi orang miskin lagi. Namun, subhanallah, akhlaknya tetap sama. Yakin dan tabah atas kehendakNya. Sedangkan si Udin, kini diuji dengan menemukan uang puluhan juta. Uang yang sebenarnya milik pak Jalal yang dicuri orang. Sambungan cerita yang akan tetap dirindu.
Mira, istri Asrul juga punya peran yang luar biasa. Sebagai istri yang sholehah, mempunyai keyakinan kepada Allah dan begitu penyabar. Apapun yang terjadi pada keluarganya. Miskin, kaya, punya, tidak punya, aqidah tak tergadaikan. Allah Maha Penolong. Subhanallah. Loli??? Wah, peran yang membuat penonton gemes dan grrrr…. Pak Jalal? Bu Jalal? Atau pak RW? Peran-peran yang keren. Peran utamanya sebenarnya ada di pelawak Bajaj (Chelsea dkk), atau Aya, Kayla, Azzam, atau bang Jack ya. Ada pak Ustadz dan bu Ustadzah… and the others.
Belajar dari Para Pencari Tuhan. Belajar dari PPT, kenapa tidak? Mereka mengajarkan inovasi dan kreativitas. Sinetron religi yang hadir tiap ramadhan ini sungguh elegan dan sangat kontekstual. Memahami perkembangan dinamika sosial. Mengajarkan nilai-nilai agama dengan cara yang enak, nyaman, dan indah untuk dimengerti melalui realitas sosial dalam peran-peran dan alur ceritanya. Kekuatan persaudaraan antara Asrul dan Udin atau Chelsea dkk, mengajarkan betapa dinamis dan indahnya sebuah jalinan antar saudara, teman. Saling menasihati. Bercanda bersama. Sedih bersama. Pola kepemimpinan pak RW yang tidak layak untuk dicontoh. Pimpinan yang hanya mendahulukan kepentingan sendiri. Ketegasan pak Ustadz dan nasihatnya sungguh kita butuhkan untuk menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi. Ahhh, masih banyak lagi. Tak kan bisa tergambar dalam tulisan ini.
Jika kita tarik ke kampus konservasi kita tercinta, semoga memberikan banyak hikmah dan pelajaran bagi dosen, karyawan, mahasiswa, pimpinan, atasan, bawahan, siapapun itu. Dengan peran masing-masing. Hingga, Unnes mampu menjadi kampus indah dan nyaman yang dinaungi berkah Allah swt. Yang bekerja, hanyalah untuk mencari berkah Allah. Yang belajar, juga hanya mengharap ridha Allah. Mereka saling bertaut hatinya. Bergandengan tangan untuk mencapai cita. Penuh optimisme dan kreasi futuristik. Walau berganti pimpinan, Unnes kan tetap membanggakan.
Terakhir, selamat menunaikan ibadah ramadhan 1434 H. Semoga Allah menerima amal ibadah kita. Dan menjadikan kita sebagai golongan muttaqin. Amin ya rabbal ‘alamin.

Tidak ada komentar: