Rabu, 21 November 2012

Laba tak Harus Pendapatan Dikurangi Beban


Oleh Ahmad Nurkhin*)
Ya, seperti yang telah kita fahami selama ini, dalam istilah Akuntansi yang dimaksud dengan laba adalah selisih antara penghasilan dikurangi beban. Artinya, laba akan diperoleh suatu entitas jika entitas tersebut memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Pemahaman ini adalah pandangan original. Pandangan kritis memberikan definisi lain. Tentu bisa dianggap tak lazim, bahkan salah oleh pandangan awal. Pandangan kritis menganggap bahwa laba tak harus diperoleh dari selisih antara pendapatan dengan beban. Wow… terus apa yang dimaksud dengan laba?
Laba merupakan jumlah bonus yang diterima oleh karyawan. Ya, laba = bonus. Artinya, jika karyawan telah memperoleh bonus maka bisa diartikan bahwa perusahaan telah memperoleh laba. Agak kurang logis, jika perusahaan mengalami kerugian, karyawan akan diberikan bonus. Apalagi jumlahnya semakin meningkat. Hmmm… begitulah pandangan akuntansi kritis mentransformasi pemahaman yang telah ada dengan sudut pandang berbeda dan kritis. Ia memberikan cara pandang lain.
Pandangan kritis berawal dari “to emancipate” dan “to transform”. Pandangan kritis bukanlah “to explain” atau “to predict”. Pandangan akuntansi kritis sepertinya dilandasi realitas bahwa “manusia” merupakan individu yang tidak diam, tetapi terus berkembang, baik secara structural atau secara kesadaran sosial. Manusia tidaklah seperti benda mati. Ia terus berubah. Seperti manusia, akuntansi juga akan terus berkembang. Dan tentu harus diberikan pandangan lain sehingga akuntans tak berhenti dan ajeg.
Hutang bukanlah kewajiban. Hutang adalah cinta. Kok bisa? Semakin banyak hutang yang kita terima, berarti kita semakin dicintai. Bukankah begitu? Semakin kita dicintai, maka kita akan secara mudah untuk memperoleh hutang. Karena sudah “kadung” cintanya.
Pandangan kritis kah? Ataukah pandangan interpretif? Demikian beberapa poin yang berhasil aku tangkap dalam introduksi akuntansi multi paradigm bersama Prof. Iwan Triyuwono. Sesuatu yang katanya Syahrini “cettaarrr membahanaaa”.
UB, 20 Nopember 2012; Atas kontribusinya mas #DudeSandyHerlino
*) adalah dosen di Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes
source; http://pendidikanekonomi.unnes.ac.id/laba-tak-harus-pendapatan-dikurangi-beban/

Tidak ada komentar: