Selasa, 20 Desember 2011

Tak Sekedar


Pagi itu, ahmad melaju dengan motor kesayangan menuju kampusnya yang cukup jauh dari tempat tinggal yang berada di bilangan Tembalang. Di sepertiga terakhir perjalanan, ia hendak mendahului mobil yang kebetulan berada di depannya. Unpredictable, sebelum bisa mendahului ia mendapatkan hadiah dari driver mobil tersebut. Mungkin, dia tidak mau di “passed”, pikirnya. Hadiah apa yang ia terima? Bungkus snack yang barusan dinikmati yang dilempar begitu saja oleh si driver mobil tadi. Dan plak! Ternyata mengenai kepala... Untung pake helm. Alhamdulillah, hanya bungkus snack, tidak batu atau duren, lirihnya.
Kejadian di atas, hanyalah sekian kecil contoh yang bisa jadi sering kita menjadi saksinya. Ya, membuang sampah seenaknya, sesukanya, sembarangan…. Atau malah kita sendiri pelakunya? Yang ironis lagi, sudah terpasang dan terpampang dengan jelas tulisan “jangan buang sampah di sini”, “buanglah sampah di tempatnya”, “jagalah kebersihan”, atau yang lainnya. Seakan tidak melakukan hal salah, kita dengan sembari senyum meletakkan “sampah” semaunya…
Sepele... mungkin itulah yang terbesit dalam benak kita. Hanya sekedar kertas kecil, hanya sebungkus plastik kecil. Toh nanti ada yang membersihkan. Tidak!!! Ini bukanlah hal yang sepele. Ini tak sekedar! Bukanlah hal yang tidak perlu kita cermati dan berikan perhatian. Justru dari hal kecil seperti inilah, timbul masalah-masalah besar.

Konon, banyak analisis dan kajian yang menyatakan bahwa salah satu alasan terjadinya banjir adalah saluran air yang tersumbah banyaknya sampah yang terbuang sembarangan. Tidak pada tempatnya. Sampah yang berserakan juga akan menyebabkan bau tidak sedap dan lingkungan sekitar tidaklah eyecatching. Bahkan lebih tegas lagi, membuang sampah adalah perbuatan orang yang tak berakal… lho….?
Kebiasaan membuang sampah sembarangan bukanlah sikap dan perilaku yang mencerminkan “keshalihan pribadi” apalagi “keshalihan sosial”. Wow, apaan tuh? Keshalihan pribadi dalam hal ini diartikan sebagai sikap dan perilaku yang mampu menjaga kebersihan diri. Tindakan di atas adalah cerminan sikap yang bisa jadi tidak menyukai kebersihan dan tidak mampu menjaga kebersihan. Keshalihan sosial diartikan sebagai dasar seseorang bermanfaat bagi orang lain atau tidak. Dengan membuang sampah dengan seenaknya apakah berarti tidak bermanfaat bagi orang lain? Bukankah malah memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbuat baik? Membuang sampah sembarangan justru akan menciptakan masalah bagi orang lain. Bisa dibayangkan jika si Ahmad marah dan akhirnya terjadi perdebatan atau bahkan malah perkelahian.. Walau hanya karena sampah… Membuang sampah sembarangan bisa jadi akan membuat orang lain berdosa, karena akan marah, ngrasani, mengumpat, atau perbuatan kurang baik lainnya.
Sekali lagi, tak sekedar. Tak sekedar “bungkus snack”. Tak sekedar bungkus permen. Bahkan, akan tidak selaras jika perilaku di atas adalah wujud nyata dari “komunitas” universitas konservasi. Membuang sampah di tempatnya, tak sekedar perbuatan kecil tanpa efek positif. Cita-cita besar akan terengkuh tatkala usaha telah dilakukan walaupun sekedar usaha kecil. Menuju universitas konservasi, sepertinya tak bijak jika hal ini hanya dibilang “sekedar”. Dan “sekedar-sekedar” yang lainnya, amatlah banyak di sekitar kita. Wallahu a’lam...

Tidak ada komentar: