Pagi itu, ahmad melaju dengan motor kesayangan
menuju kampusnya yang cukup jauh dari tempat tinggal yang berada di bilangan
Tembalang. Di sepertiga terakhir perjalanan, ia hendak mendahului mobil yang
kebetulan berada di depannya. Unpredictable,
sebelum bisa mendahului ia mendapatkan hadiah dari driver mobil tersebut.
Mungkin, dia tidak mau di “passed”, pikirnya. Hadiah apa yang ia terima?
Bungkus snack yang barusan dinikmati yang dilempar begitu saja oleh si driver
mobil tadi. Dan plak! Ternyata mengenai kepala... Untung pake helm. Alhamdulillah,
hanya bungkus snack, tidak batu atau duren, lirihnya.
Kejadian di atas, hanyalah sekian kecil contoh
yang bisa jadi sering kita menjadi saksinya. Ya, membuang sampah seenaknya,
sesukanya, sembarangan…. Atau malah kita sendiri pelakunya? Yang ironis lagi,
sudah terpasang dan terpampang dengan jelas tulisan “jangan buang sampah di
sini”, “buanglah sampah di tempatnya”, “jagalah kebersihan”, atau yang lainnya.
Seakan tidak melakukan hal salah, kita dengan sembari senyum meletakkan
“sampah” semaunya…
Sepele... mungkin itulah yang terbesit dalam benak
kita. Hanya sekedar kertas kecil, hanya sebungkus plastik kecil. Toh nanti ada
yang membersihkan. Tidak!!! Ini bukanlah hal yang sepele. Ini tak sekedar! Bukanlah
hal yang tidak perlu kita cermati dan berikan perhatian. Justru dari hal kecil
seperti inilah, timbul masalah-masalah besar.
Konon, banyak analisis dan kajian yang menyatakan bahwa salah satu alasan terjadinya banjir adalah saluran air yang tersumbah banyaknya sampah yang terbuang sembarangan. Tidak pada tempatnya. Sampah yang berserakan juga akan menyebabkan bau tidak sedap dan lingkungan sekitar tidaklah eyecatching. Bahkan lebih tegas lagi, membuang sampah adalah perbuatan orang yang tak berakal… lho….?
Kebiasaan membuang sampah sembarangan bukanlah
sikap dan perilaku yang mencerminkan “keshalihan pribadi” apalagi “keshalihan
sosial”. Wow, apaan tuh? Keshalihan pribadi dalam hal ini diartikan sebagai
sikap dan perilaku yang mampu menjaga kebersihan diri. Tindakan di atas adalah
cerminan sikap yang bisa jadi tidak menyukai kebersihan dan tidak mampu menjaga
kebersihan. Keshalihan sosial diartikan sebagai dasar seseorang bermanfaat bagi
orang lain atau tidak. Dengan membuang sampah dengan seenaknya apakah berarti
tidak bermanfaat bagi orang lain? Bukankah malah memberikan kesempatan bagi
orang lain untuk berbuat baik? Membuang sampah sembarangan justru akan
menciptakan masalah bagi orang lain. Bisa dibayangkan jika si Ahmad marah dan
akhirnya terjadi perdebatan atau bahkan malah perkelahian.. Walau hanya karena sampah…
Membuang sampah sembarangan bisa jadi akan membuat orang lain berdosa, karena
akan marah, ngrasani, mengumpat, atau
perbuatan kurang baik lainnya.
Sekali lagi, tak sekedar. Tak sekedar “bungkus snack”. Tak sekedar
bungkus permen. Bahkan, akan tidak selaras jika perilaku di atas adalah wujud
nyata dari “komunitas” universitas konservasi. Membuang sampah di tempatnya,
tak sekedar perbuatan kecil tanpa efek positif. Cita-cita besar akan terengkuh tatkala
usaha telah dilakukan walaupun sekedar usaha kecil. Menuju universitas
konservasi, sepertinya tak bijak jika hal ini hanya dibilang “sekedar”. Dan
“sekedar-sekedar” yang lainnya, amatlah banyak di sekitar kita. Wallahu a’lam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar