Peduli tetangga adalah ciri muslim sejati. Begitulah kira-kira yang tertulis pada sebuah panduk yang terlentang melintasi atas jalan yang baru saja aku lewati. Pesan yang cukup dalam namun terkadang “sedikit terlupakan”. Karena kita terlalu asyik memikirkan diri kita sendiri. “Wong kita aja banyak masalah, ngapain mikirin orang”. Mungkin itu yang ada dalam pikiran kita. Sehingga, tetangga yang begitu dekat dengan rumah kita seakan-akan orang yang tidak pernah kita kenal. Mereka adalah orang asing. Nanti kalau kenal, malah kita bisa repot. Dimintai bantuan lah, dimintai apalah, atau yang lainnya. Pokoknya bisa membuat repot.
Kembali ke awal tulisan ini, “peduli tetangga”. Saat ini, masih bulan ramadhan. Dan ternyata bahwa bulan ramadhan juga disebut sebagai syahrul ukhuwah atau bulan persaudaraan. Disamping sebutan lainnya yang sudah sangat kita kenal (atau malah telah kita fahami) seperti syahrul qur’an atau syahrul jihad. Allah swt memang Maha Pencipta. Dia berikan bulan ramadhan kepada ummat sebagai peringatan dan pembelajaran. Ya, tentang “peduli tetangga”. Sebagai salah satu wujud ukhuwah.
Tentunya, kita sebagai muslim yang baik hati dan tidak sombong, haruslah memanfaatkan momentum berharga ini. Tuk aktualisasikan diri bahwa kita adalah muslim yang mempunyai sikap ukhuwah yang tergolong tinggi. Bukan begitu? Paling tidak, kita lebih bisa memberikan perhatian kepada tetangga dekat kita, yang setiap hari bersua dan bersosialisasi. Salah satunya adalah dengan silaturahim. Silaturahim ini tentunya turunannya akan banyak sekali. Tidak sekedar datang ke rumah atau sekedar menyapa. Jikalau bisa lebih dari itu, kenapa tidak kita lakukan?
Silaturahim adalah kata yang indah. Dan di dalam Al quran juga banyak disebut. Silaturahim tidak hanya kita lakukan pada saat lebaran saja. Tidak hanya kita lakukan saat tetangga atau saudara kita sedang sakit atau sedang mempunyai “gawe”. Silaturahim tidak hanya dilakukan kepada mereka yang kita kenal. Siapapun akan senang jika kita bisa silaturahimi. Saya yakin itu. Tentunya dengan cara dan maksud yang baik.
Silaturahim dalam Al Quran dan al Hadits
Al quran sebagai dasar utama ummat Islam dalam bertindak tentunya mengatur tentang bagaimana seorang muslim berinteraksi dengan muslim lainnya. Demikian dengan al Hadits (as Sunnah). Interaksi antar muslim adalah berdasar rasa ukhuwah (persaudaraan). Ukhuwah ini terlahir harus karena cinta kepada Allah dan RasulNya. Orang muslim karena imannya tidak mencintai ketika ia harus mencintai melainkan karena Allah Ta’ala, dan tidak membenci ketika ia harus membenci melainkan karena Allah Ta’ala dan RasulNya, karena ia tidak mencintai kecuali apa yang dicintai Allah Ta’ala dan RasulNya, dan ia tidak membenci kecuali apa yang dibenci Allah Ta’ala dan RasulNya.
Ayat yang menjelaskan ukhuwah adalah dijelaskan pada Quran Surat Al Hujurat ayat ke 13, yang artinya; sesungguhnya sesama muslim adalah bersaudara. Begitulah Al Quran mengatur interaksi antar muslim. Dimana, setiap muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara. Sehingga, hubungan tersebut kian mendekatkan antar muslim, tanpa dibatasi letak, ruang dan waktu. Muslim Palestina adalah saudara muslim dunia lainnya. Begitu juga, muslim Indonesia adalah saudara muslim dunia lainnya. Mereka selaiknya saling tolong dan membantu. Ayat lainnya adalah “sesama muslim adalah laiknya sebuah bangunan, saling menguatkan antar elemen.” (Ash Shaaf:2-3)
Sementara dalam al Hadits, banyak diterangkan perihal ukhuwah, silaturahim. Salah satu diantaranya adalah “Sesungguhnya Allah berfirman; kecintaanKu berhak dimiliki orang-orang yang saling berkunjung karenaKu. KecintaanKu berhak dimiliki orang-orang yang saling menonolong karenaKu (HR. Ahmad dan Al Hakim). Hadits lainnya berbunyi; “Orang muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu, salah satunya berpaling dan orang satunya juga berpaling. Orang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam” (HR Muttafaq Alaih).
Begitulah indahnya silaturahim. Sungguh akan begitu damai nan indah lingkungan kita, jikalau dilandasi dengan ukhuwah. Di antara kita, bisa saling silaturahim untuk kiat memperat hubungan dan mengakrabkan diri. Di bulan puasa ini, kita bisa saling tukar makanan ta’jil, bisa berbagi kolak pisang, bisa membagi kue, atau makanan besar dan lain sebagainya. Sungguh bermakna ramadhan kita, jikalau kita bisa menghiasinya dengan amalan-amalan yang diridhaiNya. Jadilah kita, muslim yang sangat peduli dengan tetangga. Tentunya tidak melupakan saudara. Wallahu a’lam bish showab.