Senin, 23 Februari 2015

Ayah Ibu

Terlintas jauh ingatanku
Ke masa lampau
Saat dimana aku belum tahu dunia
Saat kapan aku tiada faham pagi dan malam

Terlintas dengan amat
Saat ku sering melakukannya
Merengek-rengek kepadamu
Tuk pinta sesuatu

Betapa kau sigap penuhi apa kemauanku
Betapa kau cepat kembangkan senyumku
Betapa kau tak kenal lelah

Ah, tanpa aku tak mau tahu
Bahwa kau tiada daya
Bahwa kau tak punya apa-apa
Bahwa kau telah menyembunyikan segalanya
Hanya tuk aku yang tak mengerti apapun

Ayah ibu, kau lah yang terhebat
Kaulah penghantar keberkahanNya
Kaulah segalanya

Kini, aku masih saja seperti anak kecil
Masih saja meminta disuapi tatkala makan
Masih saja bermanja tanpa ingin tahu apa yang kau idamkan

Ayah ibu, aku tak jua faham
Kau masih saja menyimpan harapan mulia itu
Agar aku selalu dekat denganNya
Saat kapanpun
Saat dimanapun
Whenever, wherever...

Sabtu, 21 Februari 2015

Aku Baru Sadar Kini

Kata maaf harus terucap lagi
Aku baru sadar kini
Akulah muridmu yang selalu saja merepotkan
Sering berkunjung ke istanamu tanpa buah tangan
Malah membawa segepok masalah

Betapa tak baiknya aku
Tersadar, namun terulang lagi

Aku pun sering tak menghormatimu
Tak baik bukan?
Tatkala kau berujar banyak kisah penuh makna
Aku terkantuk saat membersamaimu
Kau begitu heroik sampaikan
Aku malah terdiam
Melayangkan angan tak jelas

Dan aku baru sadar kini
Saat kau sematkan itu padaku
Cilik pethakilan; bocah kurang ajar
Begitulah aku
Seringkali manja di hadapanmu
Terus menerus minta perhatian
Ah, betapa tak baiknya aku

Namun, aku sangat bahagia
Bahagia seorang murid
Bersama sang gurunya
Di saat aku bisa satu meja
Menikmati hidangan makan malam itu
Di istana yang teduh
Dan tak sekali

Sungguh, aku begitu bahagia
Seorang murid tak tahu diri
Diterima kehadirannya oleh sang guru


Ku pun hanya mampu berdoa
Teruntuk engkau, guruku
Semoga Allah senantiasa membimbingmu
Aamiin ya rabbal 'alamin